Saturday, October 14, 2017

Hakikat Kehidupan Yang Sebenarnya

Allah menciptakan langit, bumi, dan semua mahkluk hidup maupun benda mati yang ada        didalamnya, dengan sebuah maksud yang jelas. Penciptaan mahkluk sama sekali bukanlah sebuah permainan, kesia-siaan, dan kebetulan belaka. Semua mahkluk diciptakan oleh Allah untuk sebuah tujuan yang benar dan hikmah yang agung.


Allah berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

“Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian main-main belaka (tanpa ada maksud) dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami ?” (Al-Mukminun [23]: 115)


أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ
مُّسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ بِلِقَاء رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan kejadian diri mereka sendiri ? Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya kecuali dengan (tujuan) yang benar dan dalam batas waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya banyak diantara manusia yang mengingkari perjumpaan dengan Rabbnya.” (Ar-Ruum [30]: 8)


وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.”  (Al-Jatsiyah [45]: 22)


                Ayat-ayat Al-Qur’an ini menjelaskan bahwa penciptaan langit, bumi, manusia, jin, dan seluruh mahkluk lainnya mengandung sebuah tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sebuah terminal sementara. Setelah kehidupan dunia ini masih ada lagi kehidupan yang lain. Itulah kehidupan akhirat, tempat dimana setiap jiwa akan kembali kepada Allah untuk menerima balasan abadi atas seluruh amal perbuatannya semasa hidup di dunia.
                Tujuan dari penciptaan langit, bumi, manusia, jin, dan seluruh mahkluk lainnya adalah untuk menguji ketaatan manusia dan jin kepada Allah. Barangsiapa menaati Allah, niscaya akan mendapat balasan kenikmatan di akhirat. Baransiapa mendurhakai Allah, niscaya akan mendapatkan balasan siksa di akhirat. Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata agar mereka menegakkan tauhid; beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala bentuk ibadah kepada selain-Nya.


Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat [51] : 56)


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah semata, dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya (karena) menjalankan agama yang lurus.” (Al-Bayyinah [98] : 5)


اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah sesembahan Yang Maha Esa, tiada dzat yang disembah dengan kebenaran selain-Nya. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah [9] : 31)


                Kehidupan di dunia hanyalah lading untuk beramal dan beribadah kepada Allah, demi meraih panen yang baik di akhirat kelak. Dunia adalah tempat beramal dan berkarya, dan akhirat adalah tempat hidup yang sebenarnya, karena di sanalah semua usaha manusia dan jin akan mendapatkan balasan yang setimpal.
                Dengan demikian, kehidupan dunia sejatinya adalah medan ujian. Ujian untuk menentukan siapa yang taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepada-Nya. Ujian untuk menentukan siapa yang bersyukur kepada Allah dan siapa yang kufur kepada nikmat-Nya. Ujian untuk mengukur siapa yang lebih baik amal dan takwanya.


Allah berfirman,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُور

“Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya.” (Al-Mulk [67] : 2)


إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal perbuatannya.” (Al-Kahfi [18] : 7)


وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Kami menguji mereka dengan nikmat-nikmat yang baik dan bencana-bencana yang buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran.” (Al-A’raf [7] : 168)


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya [21] : 35)


                Menafsirkan ayat diatas, Imam Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya adalah Kami menguji kalian, terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang putus asa.” Ibnu Abbas berkata, “Kami akan menguji kalian dengan kesusahan dan kelapangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/342]


                Tatkala Nabi Sulaiman melihat singgasana ratu Saba’ dibawa ke hadapannya dalam waktu yang singkat, tak melebihi waktu yang dibutuhkan untuk mengedipkan mata, beliau mengatakan:


قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Ini adalah karuni dari Allah untuk mengujiku apakah aku akan bersyukut atau mengkufuri nikmat-Nya. Barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang kufur, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (An-Naml [27] : 40)

********


Saturday, September 23, 2017

MASYAA ALLAH ATAU SUBHANALLAH ?


Oleh: K. H. Muhammad Arifin Ilham
Hasil gambar untuk arti dari masya allah dan subhanallah
       Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah “Subhanallah” sering tertukar dengan ungkapan “Masya Allah”. Ucapkan “Masya Allah” kalau kita merasa kagum. Ucapkan “Subhanallah” jika melihat keburukan.
Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
       Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
       Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya AllahWallahu a’lam bish-shawabi.
(arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ungkapan-kalimah-thayyibah-subhanallah-sering-tertukar-dengan-ungkapan-masya-allah.html#sthash.wpLsf1Bs.dpuf

KHUSYUK DALAM SHOLAT




Apa itu khusyuk ?

      Perlu diketahui, bahwa mengenai khusyuk itu ada di antara ulama yang menjadikannya sebagai sifat hati, seperti khawatir dan takut. Juga ada di antara mereka yang menjadikannya sebagai perbuatan anggota-anggota lahir, seperti diam, tidak menoleh, dan tidak menggerakkan badan. Mereka yang berbeda mengenai khusyuk itu apakah termasuk dalam maqam sholat atau lingkup keutamaannya, terbagi menjadi dua pendapat.
      Pendapat yang pertama itu berpendapat dengan dalil Hadis, ialah bahwa tidak ada bagi seorang hamba dari sholatnya, kecuali apa yang diangan-angankannya.
      Firman Allah Swt:
"Dirikanlah sholat untuk mengingat Aku." 
                                                                      (Q.S. Taha:14)

      Sedangkan kelengahan-kelengahan dalam sholat, sangat bertentangan dengan perbuatan mengingat Allah.
      Firman Allah Swt:
"Dan janganlah kamu termasuk kedalam orang-orang yang lalai."
                                                                                                       (Q.S. Al-A'raf:205)

      Imam Bayhaqi meriwayatkan dari Muhammad Ibn Sirin, dia berkata: "Diceritakan kepadaku sesunggguhnya apabila Rasulullah Saw. melakukan sholat, beliau mengangkat pandangannya ke langit. Lalu turunlah ayat diatas." 'Abd ar-Razzaq memerintahkan kekhusyukan dan beliau melemparkan pandangannya ke arah tempat sujud. Al-Hakim dan Imam Bayhaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah: "Apabila Rasulullah Saw. sedang sholat, beliau selalu mengangkat pandangannya ke langit, lalu turunlah ayat itu, maka beliau menundukkan pandangannya kembali."

Diriwayatkan dari Hasan, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. bersabda:
"Perumpamaan sholat yang terbagi atas lima kali, adalah seperti sungai yang mengakir di muka rumah seorang di antara kamu yang sangat banyak airnya. Dia mandi disana sebanyak lima kali, lalu apakah masih tersisa sedikitpun kotoran pada tubuhnya? Sesungguhnya sholat-sholat itu menyucikan hati dari kotoran dosa dan tidak membiarkan sedikitpun dari dosa-dosa itu. Karena itu, apabila ia sholat hendaknya dengan khusyuk dan kehadiran hati, kalau tidak, sholat itu akan ditolak."

 Bersabda Nabi Muhammad Saw:
"Barangsiapa yang sholat dua rakaat dan hatinya tidak berbicara tentang sesuatu dari hal dunia ini dalam dua rakaat itu, maka akan diampuni apa-apa yang telah lalu dari dosa-dosanya. Sesungguhnya bagi kalian diwajibkan sholat, diperintahkan ibadah haji dan tawaf, serta disiarkan perbuatan itu, hanya untuk menegakkan sebutan Allah Swt. Maka apabila tidak ditemukan dalam hatimu keagungan dan tidak pula kewibawaan zat Allah yang disebut Zat, yang menjadi maksud dan yang diinginkan. Lalu apa artinya penyebutan itu. Barangsiapa yang sholatnya tidak menghalanginya dari perbuatan keji dan munkar, dia tidak bertambah dekat dengan Allah, tetapi malah bertambah jauh."

      Diriwayatkan oleh Siti Aisyah ra., "Rasulullah Saw. dan aku sedang berbincang-bincang, lalu ketika datang waktu sholat, berubahlah sifatnya seakan-akan beliau tidak mengenalku dan aku pun tidak mengenal beliau, karena tenggelam dalam keagungan Allah Swt. Bersabda Nabi Muhammad Saw.: "Allah Swt. tidak memandang sholat seseorang yang tidak menghadirkan hatinya dalam sholatnya bersama badannya."

      Bersabda Rasulullah Saw.:"Sejahat-jahat manusia dalam mencuri adalah orang yang mencuri sholatny." Ibn Mas'ud berkata: "Sholat itu adalah takaran, barangsiapa yang memenuhinya maka ia akan dpenuhi. Dan barangsiapa yang curang, maka hendaknya dia menyadari apa yang difirmankan Allah Swt.:
"Kecelakaan besar bagi orang yang curang."
                                                            (Q.S. Al-Mutaffifin:1)


"Waktu sholat, aku diingatkan bahwa aku kini sedang berdiri berhadapan dengan Allah. Seandainya tubuhku dicabik-cabik oleh sejumlah tombak, itu lebih kusukai daripada mengalami seperti yang kalian alami (terlintas urusan duniawi saat sholat)."
Amir Ibn Abdullah

 "Aku benar-benar tidak menyadari ketika salah satu tiang penyangga masjid ambruk saat aku tengah menjalankan sholat..."
Muslim Ibn Yasar

"Tanda-tanda tingginya pemahaman seseorang ialah selalu menyelesaikan suatu urusan sebelum memulai sholatnya, agar ia bisa menjalankan sholatnya dalam keadaan hatinya kosong dari pikiran apa saja..."
Abu Darda 

"Orang-orang yang lali dari sholatnya ialah mereka yang sedemikian rupa tidak tahu lagi berapa rakaat sholatnya, genap atau ganjil. Itu terjadi karena lepasnya kehadiran hati dan lenyapnya khusyuk yang seharusnya menyertai sholat. Kelengahan yang menyebabkan sholat hanya tinggal gerak anggota tubuh lahir semata..."
Abu 'Aliyah


      Kesaksian tulus para hamba Allah tersebut sungguh membuat hati bergetar. Bagaimana dengan sholat kita ? Sudah mencapai maqam khusyuk, diridhai oleh Allah, sehingga benar-benar mampu menjauhkan diri dari kekjian dan kemunkaran sebagaimana janji Allah (innasholaata tanhaa 'anil fahsyaa'i wal munkar)? Ataukah, hanya sekedar menyisakan gerak-gerik jasmani sehingga tak ada bedanya dengan jogging, senam aerobik, salsa, dansa, atau bahkan tripping ? 
      Semoga dari tulisan ini kita bisa mengambil pelajaran dan dapat mengamalkannya dalam sholat kita sehari-hari dan semoga sholat kita diterima oleh Allah Swt. Aamiin 


Dikutip dari buku Rahasia Sholat Khusyuk

Wednesday, March 27, 2013

Ngobrol Itu Tidak Mudah

Ngobrol itu bukan perkara mudah, bila tak hati-hati akan sumber jadi pengotor hati dan pengundang berbagai masalah. Semakin banyak bicara semakin berpeluang tergelincir niat dan kata, akan semakin jadi dosa, mengeraskan hati, dan jauh dari Allah. Dalam obrolan yg tak hati-hati bisa jadi riya/pamer, bisa ujub membangga-banggakan diri, bisa sombong, bisa ghibah, bisa jadi sumber fitnah dan lain-lain. Orang yang senang bicara ngaler ngidul menandakan kurang iman, tak sadar bahwa perkataannya tercatat dan pasti ada balasannya. Orang yang banyak ngobrol segala macam yang tak perlu, biasanya sangat kurang dzikirnya.
Obrolan seseorang yang bermutu cirinya kata-katanya selalu terkait dengan Allah, jadi ilmu yang manfaat, menyentuh hati dengan hikmah dan jadi solusi.
Semakin yakin Allah Maha Mendengar, semakin hati-hati menjaga lisannya, dan akan semakin berkualitas sikap dan ucapnya semakin terpelihara lisannya, semakin nyaman hati ini, semakin merasa aman dan nyaman orang-orang berada disekitar kita, Sibuklah berzikir, akan kurang kesenangan ngobrol yang sia-sia, bila berbicarapun akan dituntun-Nya sehingga penuh manfaat. Semoga dengar terjaganya lisan, Allah ijinkan akhir hayat kita mengucapkan Laa ilaaha illallah, tiada tuhan selain Allah.


KH.Abdullah Gymnastiar

Tuesday, November 27, 2012

( KUMPULAN HADIST ) NASIHAT RASULULLAH SAW KEPADA KAUM WANITA


1)      Dunia ini ialah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (isteri)   yang solehah.    
     (Riwayat Muslim).

2) Mana-mana perempuan yang memakai bau-bauan kemudian ia keluar melintasi kaum lelaki, agar mereka mencium bau harumnya maka ia adalah perempuan zina,dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah zina.
    (Riwayat Ahmad, Thabarani dan Hakim)

3) Dikawini wanita itu kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya, maka carilah yang kuat beragama nescaya kamu beruntung.

4) Wanita apabila ia sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadhan, memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah mana-mana pintu syurga yang ia kehendaki.
    (Riwayat dari Ahmad Ibnu Hibban, Thabarani, Anas bin Malik).

5) Perempuan yang melabuhkan pakaian dalam keadaaan berhias bukan untuk suami nya dan muhrimnya adalah seumpama gelap gelita di hari kiamat, tiada nur baginya.
    (Riwayat Tarmizi)

6) Apabila lari seorang wanita dari rumah suaminya, tidak diterima sembahyangnya, sehingga ia kembali dan menghulurkan tangan kepada suaminya (meminta maaf).
    (Riwayat dari Hassan).

7)  Wanita yang taat pada suami, semua burung-burung di udara, ikan diair, malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristigfar baginya selama ia masih taat pada suaminya dan diredainya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).

8)  Dari Muaz bin Jabal bersabda Rasululllah SAW: Mana-mana wanita yang berdiri di atas kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari bakaran api neraka.

9) Tiap-tiap wanita yang menolong suaminya di dalam urusan agama, maka Allah memasukkanya dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (sepuluh ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka mendapat pakaian dan bau-bauan syurga untuk turun ke mahligai suaminya dan mengadapnya.

10)Ya Fatimah, jika seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan janggutnya dan memotong kumisnya dan mengerat kukunya, diberi minum Allah akan dia sungai syurga, diiringi Allah baginya sakaratul maut dan akan didapati kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga serta dicatatkan Allah baginya kelepasan dari neraka dan selamatlah ia melintasi titian Siratul-mustaqim.

11)  Mana-mana wanita yang berkata kepada suaminya “tidak pernah aku dapat dari engkau satu kebajikan pun”. Maka Allah akan hapuskan amalannya selama 70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan beribadah pada malamnya.

12)  Apabila wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu kebajikan dan menghapus baginya seribu kejahatan.

13)  Apabila wanita mulai sakit untuk bersalin, Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah (perang sabil).

14)  Apabila wanita melahirkan anak keluarlah dosa-dosa darinya seperti keadaan ibunya melahirkannya.

Hayatilah wahai muslimah…semoga kita dapat memelihara diri kita dari godaan duniawi,,,dan hiasi diri dengan iman dan taqwa serta akhlak islam yg telah memartabatkan wanita setelah kedatangan Rasulullah SAW….wallahu taa’la a’la waa’lam. 



Friday, November 23, 2012

( AMALAN ) PUASA TASUA DAN ASYURA

Hari Tasua dan Asyura pada tahun ini, 1434 Hijriyah, sebagaimana yang tertera dalam kalender yang beredar di masyarakat Indonsia -Insya Allah-, jatuh pada hari Jum'at dan Sabtu besok yang bertepatan dengan tanggal 23 dan 24 November 2012 M. Maka kami mengajak saudara-saudara seiman untuk berpuasa pada dua hari tersebut untuk menghidupkan sunnah Nabi Shallallaa...
hu Alaihi Wasallam ini. Semoga kita mendapatkan janji yang disebutkan dalam hadits nabawi, yaitu diampuni dosa-dosa selama setahun yang lalu. Semoga Allah memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita untuk melaksanakannya.

Disunnahkan untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal Sembilan Muharram yang dikenal dengan hari Tasua. Tujuannya, untuk menyelisihi kebiasaan puasanya Yahudi dan Nashrani.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, beliau berkata, Ketika Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani. Lalu beliau Shallallaahu Alaihi Wasallam bersabda, Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi shallallaahu alaihi wasallam sudah wafat. (HR. Muslim, no. 1916)

Berkata Imam al-Syafii dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya, Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara� keseluruhan, karena Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam telah berpuasa pada hari ke sepuluh dan berniat puasa pada hari kesembilan.

(Apa Hikmah Berpuasa Hari Tasua?)

Imam al-Nawawi rahimahullaah menyebutkan tentang tiga hikmah dianjurkannya shiyam hari Tasua: Pertama, maksud disyariatkan puasa Tasua untuk menyelesihi orang Yahudi yang berpuasa hanya pada hari ke sepuluh saja.

Kedua, maksudnya adalah untuk menyambung puasa hari Asyura dengan puasa di hari lainnya, sebagaimana dilarang berpuasa pada hari Jumat saja. Pendapat ini disebutkan oleh al-Khathabi dan ulama-ulama lainnya.

Ketiga, untuk kehati-hatian dalam pelaksanaan puasa Asyura, dikhawatirkan hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, hari ke Sembilan dalam penanggalan sebenarnya sudah hari kesepuluh.

Dan alasan yang paling kuat disunnahkannya puasa hari Tasua adalah alasan pertama, yaitu untuk menyelisihi ahli kitab. Kitab al Fatawa al-Kubra berkata, Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam melarang bertasyabbuh dengan ahli kitab dalam banyak hadits. Seperti sabda beliau tentang puasa Asyura

( Diantara Keutamaan Bulan Muharram )

Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram yang telah Allah muliakan. Secara khusus Allah melarangan berbuat zalim pada bulan ini untuk menunjukkan kehormatannya.

Allah Taala berfirman,
Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. Al-Taubah: 36)

Ini menunjukkan, mengerjakan perbuatan zalim/maksiat pada bulan ini dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya.

Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan pahalanya. Salah satu amal shalih yang dianjurkan oleh Nabi shallallaahu alaihi wasallam untuk dikerjakan pada bulan ini ibadah shiyam. Beliau menganjurkan untuk memperbanyak puasa di dalamnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu
berkata, Rasulullah Shallallaahu Alaihi
Wasallam bersabda, Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu. (HR. Muslim, no. 1982)

Hakikat Kehidupan Yang Sebenarnya