Saturday, September 23, 2017

MASYAA ALLAH ATAU SUBHANALLAH ?


Oleh: K. H. Muhammad Arifin Ilham
Hasil gambar untuk arti dari masya allah dan subhanallah
       Ungkapan dzikir atau kalimah thayyibah “Subhanallah” sering tertukar dengan ungkapan “Masya Allah”. Ucapkan “Masya Allah” kalau kita merasa kagum. Ucapkan “Subhanallah” jika melihat keburukan.
Selama ini kaum Muslim sering “salah kaprah” dalam mengucapkan Subhanallah (Mahasuci Allah), tertukar dengan ungkapan Masya Allah (Itu terjadi atas kehendak Allah). Kalau kita takjub, kagum, atau mendengar hal baik dan melihat hal indah, biasanya kita mengatakan Subhanallah. Padahal, seharusnya kita mengucapkan Masya Allah yang bermakna “Hal itu terjadi atas kehendak Allah”.
Ungkapan Subhanallah tepatnya digunakan untuk mengungkapkan “ketidaksetujuan atas sesuatu”. Misalnya, begitu mendengar ada keburukan, kejahatan, atau kemaksiatan, kita katakan Subhanallah (Mahasuci Allah dari keburukan demikian).
Ucapan Masya Allah
       Masya Allah artinya “Allah telah berkehendak akan hal itu”. Ungkapan kekaguman kepada Allah dan ciptaan-Nya yang indah lagi baik. Menyatakan “semua itu terjadi atas kehendak Allah”.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat hal yang baik dan indah. Ekspresi penghargaan sekaligus pengingat bahwa semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya.
“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah‘ (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan?” (QS. Al-Kahfi: 39).
Ucapan Subhanallah
Saat mendengar atau melihat hal buruk/jelek, ucapkan Subhanallah sebagai penegasan: “Allah Mahasuci dari keburukan tersebut”.
       Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi)
“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan menjadi halangan untuk bertemu sesama Muslim. Dalam Al-Quran, ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas (hal buruk), misalnya: “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan”, juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik.” (QS. 40-41).
Jadi, kesimpulannya, ungkapan Subhanallah dianjurkan setiap kali seseorang melihat sesuatu yang tidak baik, bukan yang baik-baik atau keindahan. Dengan ucapan itu, kita menegaskan bahwa Allah Subahanahu wa Ta’ala Maha Suci dari semua keburukan tersebut.
Masya Allah diucapkan bila seseorang melihat yang indah, indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah Ta’ala. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah, padahal seharusnya Masya Allah dan sebaliknya? Insyaa Allah tidak. Allah Maha Mengerti maksud perkataan hamba-Nya. Hanya saja, setelah tahu, mari kita ungkapkan dengan tepat antara Subhanallah dan Masya AllahWallahu a’lam bish-shawabi.
(arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/ungkapan-kalimah-thayyibah-subhanallah-sering-tertukar-dengan-ungkapan-masya-allah.html#sthash.wpLsf1Bs.dpuf

KHUSYUK DALAM SHOLAT




Apa itu khusyuk ?

      Perlu diketahui, bahwa mengenai khusyuk itu ada di antara ulama yang menjadikannya sebagai sifat hati, seperti khawatir dan takut. Juga ada di antara mereka yang menjadikannya sebagai perbuatan anggota-anggota lahir, seperti diam, tidak menoleh, dan tidak menggerakkan badan. Mereka yang berbeda mengenai khusyuk itu apakah termasuk dalam maqam sholat atau lingkup keutamaannya, terbagi menjadi dua pendapat.
      Pendapat yang pertama itu berpendapat dengan dalil Hadis, ialah bahwa tidak ada bagi seorang hamba dari sholatnya, kecuali apa yang diangan-angankannya.
      Firman Allah Swt:
"Dirikanlah sholat untuk mengingat Aku." 
                                                                      (Q.S. Taha:14)

      Sedangkan kelengahan-kelengahan dalam sholat, sangat bertentangan dengan perbuatan mengingat Allah.
      Firman Allah Swt:
"Dan janganlah kamu termasuk kedalam orang-orang yang lalai."
                                                                                                       (Q.S. Al-A'raf:205)

      Imam Bayhaqi meriwayatkan dari Muhammad Ibn Sirin, dia berkata: "Diceritakan kepadaku sesunggguhnya apabila Rasulullah Saw. melakukan sholat, beliau mengangkat pandangannya ke langit. Lalu turunlah ayat diatas." 'Abd ar-Razzaq memerintahkan kekhusyukan dan beliau melemparkan pandangannya ke arah tempat sujud. Al-Hakim dan Imam Bayhaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah: "Apabila Rasulullah Saw. sedang sholat, beliau selalu mengangkat pandangannya ke langit, lalu turunlah ayat itu, maka beliau menundukkan pandangannya kembali."

Diriwayatkan dari Hasan, sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. bersabda:
"Perumpamaan sholat yang terbagi atas lima kali, adalah seperti sungai yang mengakir di muka rumah seorang di antara kamu yang sangat banyak airnya. Dia mandi disana sebanyak lima kali, lalu apakah masih tersisa sedikitpun kotoran pada tubuhnya? Sesungguhnya sholat-sholat itu menyucikan hati dari kotoran dosa dan tidak membiarkan sedikitpun dari dosa-dosa itu. Karena itu, apabila ia sholat hendaknya dengan khusyuk dan kehadiran hati, kalau tidak, sholat itu akan ditolak."

 Bersabda Nabi Muhammad Saw:
"Barangsiapa yang sholat dua rakaat dan hatinya tidak berbicara tentang sesuatu dari hal dunia ini dalam dua rakaat itu, maka akan diampuni apa-apa yang telah lalu dari dosa-dosanya. Sesungguhnya bagi kalian diwajibkan sholat, diperintahkan ibadah haji dan tawaf, serta disiarkan perbuatan itu, hanya untuk menegakkan sebutan Allah Swt. Maka apabila tidak ditemukan dalam hatimu keagungan dan tidak pula kewibawaan zat Allah yang disebut Zat, yang menjadi maksud dan yang diinginkan. Lalu apa artinya penyebutan itu. Barangsiapa yang sholatnya tidak menghalanginya dari perbuatan keji dan munkar, dia tidak bertambah dekat dengan Allah, tetapi malah bertambah jauh."

      Diriwayatkan oleh Siti Aisyah ra., "Rasulullah Saw. dan aku sedang berbincang-bincang, lalu ketika datang waktu sholat, berubahlah sifatnya seakan-akan beliau tidak mengenalku dan aku pun tidak mengenal beliau, karena tenggelam dalam keagungan Allah Swt. Bersabda Nabi Muhammad Saw.: "Allah Swt. tidak memandang sholat seseorang yang tidak menghadirkan hatinya dalam sholatnya bersama badannya."

      Bersabda Rasulullah Saw.:"Sejahat-jahat manusia dalam mencuri adalah orang yang mencuri sholatny." Ibn Mas'ud berkata: "Sholat itu adalah takaran, barangsiapa yang memenuhinya maka ia akan dpenuhi. Dan barangsiapa yang curang, maka hendaknya dia menyadari apa yang difirmankan Allah Swt.:
"Kecelakaan besar bagi orang yang curang."
                                                            (Q.S. Al-Mutaffifin:1)


"Waktu sholat, aku diingatkan bahwa aku kini sedang berdiri berhadapan dengan Allah. Seandainya tubuhku dicabik-cabik oleh sejumlah tombak, itu lebih kusukai daripada mengalami seperti yang kalian alami (terlintas urusan duniawi saat sholat)."
Amir Ibn Abdullah

 "Aku benar-benar tidak menyadari ketika salah satu tiang penyangga masjid ambruk saat aku tengah menjalankan sholat..."
Muslim Ibn Yasar

"Tanda-tanda tingginya pemahaman seseorang ialah selalu menyelesaikan suatu urusan sebelum memulai sholatnya, agar ia bisa menjalankan sholatnya dalam keadaan hatinya kosong dari pikiran apa saja..."
Abu Darda 

"Orang-orang yang lali dari sholatnya ialah mereka yang sedemikian rupa tidak tahu lagi berapa rakaat sholatnya, genap atau ganjil. Itu terjadi karena lepasnya kehadiran hati dan lenyapnya khusyuk yang seharusnya menyertai sholat. Kelengahan yang menyebabkan sholat hanya tinggal gerak anggota tubuh lahir semata..."
Abu 'Aliyah


      Kesaksian tulus para hamba Allah tersebut sungguh membuat hati bergetar. Bagaimana dengan sholat kita ? Sudah mencapai maqam khusyuk, diridhai oleh Allah, sehingga benar-benar mampu menjauhkan diri dari kekjian dan kemunkaran sebagaimana janji Allah (innasholaata tanhaa 'anil fahsyaa'i wal munkar)? Ataukah, hanya sekedar menyisakan gerak-gerik jasmani sehingga tak ada bedanya dengan jogging, senam aerobik, salsa, dansa, atau bahkan tripping ? 
      Semoga dari tulisan ini kita bisa mengambil pelajaran dan dapat mengamalkannya dalam sholat kita sehari-hari dan semoga sholat kita diterima oleh Allah Swt. Aamiin 


Dikutip dari buku Rahasia Sholat Khusyuk

Tuesday, September 12, 2017

13TH CHARITY

Berbagi itu indah 💕💕💕


Hakikat Kehidupan Yang Sebenarnya