Allah menciptakan langit, bumi, dan semua mahkluk hidup maupun benda mati
yang ada didalamnya, dengan sebuah
maksud yang jelas. Penciptaan mahkluk sama sekali bukanlah sebuah permainan,
kesia-siaan, dan kebetulan belaka. Semua mahkluk diciptakan oleh Allah untuk
sebuah tujuan yang benar dan hikmah yang agung.
Allah
berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا
خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kalian mengira bahwa Kami
menciptakan kalian main-main belaka (tanpa ada maksud) dan bahwa kalian tidak
akan dikembalikan kepada Kami ?” (Al-Mukminun [23]: 115)
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي
أَنفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا
إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ
مُّسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ
النَّاسِ بِلِقَاء رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan kejadian
diri mereka sendiri ? Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan segala yang ada
di antara keduanya kecuali dengan (tujuan) yang benar dan dalam batas waktu
yang ditentukan. Dan sesungguhnya banyak diantara manusia yang mengingkari
perjumpaan dengan Rabbnya.” (Ar-Ruum [30]: 8)
وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا
يُظْلَمُونَ
“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan
tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang
dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.” (Al-Jatsiyah [45]: 22)
Ayat-ayat
Al-Qur’an ini menjelaskan bahwa penciptaan langit, bumi, manusia, jin, dan
seluruh mahkluk lainnya mengandung sebuah tujuan yang telah ditetapkan oleh
Allah. Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sebuah
terminal sementara. Setelah kehidupan dunia ini masih ada lagi kehidupan yang
lain. Itulah kehidupan akhirat, tempat dimana setiap jiwa akan kembali kepada
Allah untuk menerima balasan abadi atas seluruh amal perbuatannya semasa hidup
di dunia.
Tujuan
dari penciptaan langit, bumi, manusia, jin, dan seluruh mahkluk lainnya adalah
untuk menguji ketaatan manusia dan jin kepada Allah. Barangsiapa menaati Allah,
niscaya akan mendapat balasan kenikmatan di akhirat. Baransiapa mendurhakai
Allah, niscaya akan mendapatkan balasan siksa di akhirat. Allah menciptakan jin
dan manusia semata-mata agar mereka menegakkan tauhid; beribadah kepada Allah
semata dan meninggalkan segala bentuk ibadah kepada selain-Nya.
Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia
kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat [51] : 56)
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali
untuk beribadah kepada Allah semata, dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan
kepada-Nya (karena) menjalankan agama yang lurus.” (Al-Bayyinah [98] : 5)
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ
وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا
أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ
سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali
untuk beribadah kepada Allah sesembahan Yang Maha Esa, tiada dzat yang disembah
dengan kebenaran selain-Nya. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah
[9] : 31)
Kehidupan
di dunia hanyalah lading untuk beramal dan beribadah kepada Allah, demi meraih
panen yang baik di akhirat kelak. Dunia adalah tempat beramal dan berkarya, dan
akhirat adalah tempat hidup yang sebenarnya, karena di sanalah semua usaha
manusia dan jin akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dengan
demikian, kehidupan dunia sejatinya adalah medan ujian. Ujian untuk menentukan
siapa yang taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepada-Nya. Ujian untuk
menentukan siapa yang bersyukur kepada Allah dan siapa yang kufur kepada
nikmat-Nya. Ujian untuk mengukur siapa yang lebih baik amal dan takwanya.
Allah berfirman,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْغَفُور
“Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan
untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik amal
perbuatannya.” (Al-Mulk [67] : 2)
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ
زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan yang ada di
bumi sebagai perhiasan baginya, untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka
yang paling baik amal perbuatannya.” (Al-Kahfi [18] : 7)
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ
أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ
بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Kami menguji mereka dengan nikmat-nikmat
yang baik dan bencana-bencana yang buruk, agar mereka kembali kepada
kebenaran.” (Al-A’raf [7] : 168)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan
kebaikan sebagai fitnah (cobaan yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya [21] : 35)
Menafsirkan
ayat diatas, Imam Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya adalah Kami menguji kalian,
terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan.
Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang putus asa.” Ibnu Abbas
berkata, “Kami akan menguji kalian dengan kesusahan dan kelapangan, kesehatan
dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan
kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/342]
Tatkala
Nabi Sulaiman melihat singgasana ratu Saba’ dibawa ke hadapannya dalam waktu
yang singkat, tak melebihi waktu yang dibutuhkan untuk mengedipkan mata, beliau
mengatakan:
قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ
الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا
رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي
أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن
كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“Ini adalah karuni dari Allah untuk mengujiku
apakah aku akan bersyukut atau mengkufuri nikmat-Nya. Barangsiapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan
barangsiapa yang kufur, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
(An-Naml [27] : 40)
********
Masyaa Allah
ReplyDelete